LAPORAN KARYA
TULIS ILMIAH
KULIAH KERJA NYATA INTEGRAL MULTI MODEL
ANGKATAN 72 SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2015/2016
UNIVERSITAS TADULAKO
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DAPAT MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENULIS SISWA DALAM MENYUSUN TEKS ESEI PENDEK BERBENTUK NARRATIVE
TEKS DI SMA NEGERI 9 PALU
KELURAHAN : KAYUMALUE
PAJEKO
KECAMATAN : PALU UTARA
KOTA
: PALU
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Pelaksanaan Kuliah kerja Nyata (KKN) Integral Multi
Model Universitas
Tadulako
Angkatan 72 Semester Ganjil Tahun Akademik 2015/2016
BAHRUL FAJRIH
A 121 12 016
PUSAT
PENGEMBANGAN IMPLEMENTASI INOVASI ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (PPI IPTEK)
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKT
UNIVERSITAS
TADULAKO
2015
Halaman Pengesahan
Model Pembelajaran Group
Investigation dapat Meningkatkan
Kemampuan Menulis
Siswa dalam Memahami dan Merespon Makna Teks Esei
Pendek Berbentuk Narrative Text di SMAN Negeri 9 Palu
NAMA : BAHRUL
FAJRIH
STAMBUK : A
121 12 018
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN
BAHASA INGGRIS
FAKULTAS : KIP
KELURAHAN : KAYUMALUE
PAJEKO
KECAMATAN : PALU
UTARA
Laporan Karya Tulis Ilmiah
ini telah diperiksa dan disetujui
sesuai
saran-saran dosen pembimbing
Palu, 30
November 2015
Mengetahui,
Menyetujui,
Ketua
Panitia Dosen Pembimbing
KKN
Multi Model PPII LPPM
Univ.Tadulako
Dr. Muchtar Lutfi, SE.
MSi Dr. Ahmad Ramadhan M.Kes
KATA
PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun karya
tulis ini tepat pada waktunya. Karya tulis ini membahas tentang pengaruh penggunaan
pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar bahasa inggris ditinjau dari
keaktifan siswa.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Pada kesempatan ini pula, secara tulus dan ikhlas penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan partisipasinya baik langsung maupun
tidak langsung sejak awal sampai pada proses pembuatan laporan
ini, antara lain kepada :
1.
Rektor Universitas Tadulako Palu
2.
Camat Palu Utara
3.
Lurah Kayumalue
Pajeko dan aparatur kelurahan lainnya
4.
Seluruh Panitia pelakasana KKN
Universitas Tadulako.
5.
Bapak
Drs. Bustamin M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu memberikan
bimbingannya sehingga segala kegiatan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
6.
Orang
tua, kakak,
keponakan, dan sahabat yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil
selama melaksanakan KKN di Kayumalue Pajeko
7.
Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa KKN Posko Kayumalue Pajeko terimakasih
atas kekompakannya.
8.
Serta kepada seluruh pihak
yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu dalam tulisan ini, semoga amal baiknya
dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara dimudahkan segala urusannya dan dilimpahkan
rezkinya, Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan laporan ini, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan dari segi tata
bahasa, cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya tiada kata yang lebih pantas terucap selain tertitip doa dari penulis semoga segala
kebaikan dan bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa penulisan
karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan karya tulis selanjutnya. Akhir
kata semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Palu, 30 Desember 2015
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
i
KATA
PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI iv
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 7
2.2 Group Investigation 10
2.3 Hasil Belajar Bahasa Inggris 12
2.4 Teks Recount 12
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
3.1 Sekolah 15
3.1.1 Sejarah Berdirinya Sekolah 15
3.1.2 Letak Geografis Sekolah 21
3.1.3 Kondisi Fisik Sekolah 22
BAB IV METODE
PENELITIAN
4.1
Strategi Penelitian
24
4.2
Instrumen Penelitian
25
4.3
Populasi dan Sampel
25
BAB
V PEMBAHASAN
5.1 Lokasi dan Objek Penelitian 26
5.2
Hasil
26
BAB
VI PENUTUP
6.1 Simpulan
32
6.2 Implikasi atau Rekomendasi
32
6.3 Saran
33
DAFTAR
PUSTAKA
34
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Saat ini Bahasa
Inggris merupakan kebuuhan bagi semua warga dunia.. Kemampuan
berbahasa Inggris merupakan suatu kebutuhan dan keharusan di era komunikasi dan
globalisasi sekarang ini. Pelajaran Bahasa Inggris dipelajari mulai level rendah seperti tingkat SMA dimna, ini berfungsi
sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni. Setelah menamatkan studi, mereka diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang mandiri, cerdas, terampil dan berkepribadian
siap ikut serta dalam pembangunan nasional.
Pengajaran Bahasa Inggris di SMA meliputi empat kemampuan berbahasa yaitu :
Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Semua itu harus didukung oleh unsur
unsur bahasa lainnya yaitu : Kosa kata, Tata Bahasa, dan Pronuonciation sesuai
dengan tema sebagai alat tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Dari ke empat
keterampilan berbahasa tersebut diatas, pembelajaran keterampilan Menulis (Reading) ternyata kurang dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Kemampuan mengungkapkan dan merespon makna dalam bentuk
esei pendek sederhana secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi
dalam konteks kehidupan sehari hari dalam teks berbentuk Narrative adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang
harus dikuasai oleh siswa Kelas XII
Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pembelajaran mengungkapkan dan merespon makna
dalam bentuk esei pendek sederhana secara akurat, lancar, dan berterima untuk
berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari hari dalam teks berbentuk narrative telah penulis lakukan secara klasikal. Dalam
pembelajaran tersebut penulis menjelaskan materi pokok yang terdapat dalam
indicator sebagai berikut :
a. Menyusun gagasan dalam teks berbentuk narrative
b. Menullis
berbagai gagasan dalam teks
berbentuk narrative.
Gaya belajar setiap individu biasanya memiliki gaya
belajar tidak hanya satu tetapi mungkin ada yang memiliki gaya belajar
dua atau tiga macam. Bagi peserta didik yang demikian biasanya akan lebih mudah
merespon stimulus yang disampaiakan oleh pendidik dibandingkan pembelajar yang
hanya memiliki stu gaya belajar, dan mereka yang, memiliki gaya belajar yang
lebih dari satu mereka umumnya mudah menyesuaikan terhadap stimulus yang ada.
Siswa disuruh menulis teks esei pendek berbentuk narrative kemudian mereka menterjemahkannya. Selanjutnya
siswa mengidentifikasi dan mencari makna gagasan dan informasi yang terdapat
dalam teks berbentuk recount
tersebut. Hasil pembelajaran tersebut ternyata dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Dari hasil refleksi penulis diperoleh data bahwa selama proses
pembelajaran siswa sangat pasif dan mengeluh serta munculnya rasa tidak percaya
diri. Mereka sangat kesulitan mngerjakan tugas tugasnya. Jelas, pembelajaran
ini sangat tidak epektif atau dengan kata lain pembelajaran tersebut tidak
berhasil (Gagal). Uraian tersebut diatas merupakan kegagalan terhadap hasil dan
proses belajar. Kegagalan tersebut merupakan masalah yang harus diatasi. Untuk
mengatasi kegagalan pembelajaran tersebut diatas, penulis berusaha mencari
solusi yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam
hal ini seorang guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mencari satu
teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) harus dilaksanakan.
Guru bukan lagi merupakan sosok yang ditakuti dan bukan
pula sosok otoriter, tetapi Guru harus bisa menjadi seorang fasilitator dan
motor yang mampu memfasilitasi dan menggerakan siswa untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang mereka butuhkan. Berdasarkan pengalaman penulis, penulis
berhipotesis bahwa teknik belajar (teori belajar) cooperative learning
sangatlah tepat kalau dipakai dalam pembelajaran ini. Penulis mencoba
menggunakan model pembelajaran group investigation di Kelas XII IPA 1 SMAN 9 Palu.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan tersebut diatas maka penulis telah merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
“Apakah melalui Model pembelajaran Group Investigation dapat
meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam menyusun dan menulis makna teks esei pendek berbentuk narrative di kelas XII IPA 1 SMAN 9 Palu?”
1.3 Tujuan penulisan
1.
Tujuan Umum
Secara umum penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Group Investigation dapat
meningkatkan kemampuan menulis siswa
dalam menyusun dan menulis gagasan dalam teks esei pendek berbentuk Narrative.
2.
Tujuan Khusus
Selain tujuan umum penelitian ini
juga memiliki tujuan khusus, adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh
penggunaan pembelajaran Narrative dapat
meningkatkan kemampuan menulis siswa
dalam menyusun dan menulis makna teks esei pendek berbentuk narrative pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Palu.
b. Untuk
meningkatkan kemampuan menulis siswa
dalam menyusun makna
teks esei pendek berbentuk narrative.
c. Untuk mengembangkan
strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, efisien, dan
menyenangkan.
d. Agar siswa dapat
melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengungkapkan
ide, gagasan, pendapat dan perasaannya secara sederhana dalam bentuk tulisan.
Secara umum penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan Group
Investigation dapat meningkatkan kemampuan menullis siswa dalam menulis dan menyusun makna teks esei pendek berbentuk narrative pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Palu.
1.3 Manfaat Peulisan
Manfaat penyusun laporan ini di pilah menjadi
dua manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Guru
1.
Mengembangkan model pembelajaran yang
efektif, efisien, dan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi komunikatif
mereka.
2.
Membantu memperbaiki / meningkatkan proses
dan hasil belajar mengajar.
3.
Membantu meningkatkan kualitas
profesionalisme guru sebagai pendidik.
4.
Membantu dalam penyusunan karya ilmiah yang
merupakan salah satu syarat kenaikan pangkat dari golongan IVa ke jenjang
berikutnya.
5.
Membantu dalam penyusunan karya ilmiah untuk
dijadikan penilaian guna mendapatkan tunjangan sertifikasi guru/pendidik.
b. Bagi
Siswa
1. Meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami dan merespon makna dalam esei pendek sederhana
dengan menggunakan ragam bahasa lisan dan tulisan secara akurat, lancar dan
berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari hari dalam teks
berbentuk recount.
2. Meningkatkan
rasa senang dan motivasi belajar.
3. Meningkatkan
rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi.
4. Meningkatkan
kompetensi komunikatif dan prestasi belajar Bahasa Inggris.
5.
Meningkatkan keaktifan, kreatifitas, dan
hasil belajar siswa yang lebih tinggi.
c.
Bagi Sekolah
Melalui Model pembelajaran Group Investigation
membantu memperbaiki serta dapat menambah referensi model pembelajaran pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Palu.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Model Pembelajaran Kooperative
(Cooperatif Learning)
Setiap
siswa mempunyai kemampuan berfikir yang berbeda-beda. Ketika siswa melihat
suatu persoalan maka cara dan intensitas berfikir setiap siswa pun berbeda
pula. Perbedaan perbedaan tersebut akibat dari perbedaan minat, kemampuan,
kesenjangan, pengalaman, cara belajar, dan sebagainya ( Depdiknas, 2002 : 24 ).
Perbedaan perbedaan tersebut akan berdampak pada proses dan hasil sebuah
pembelajaran. Berbagai pendekatan, strategi dan model pembelajaran telah
dikembangkan oleh para ahli untuk mengcover kemampuan berpikir siswa yang
berbeda beda tersebut. Pendekatan yang paling sering digunakan di era KTSP
adalah Cooperative Learning. Pendekatan. CTL itu sendiri memiliki 7 elemen penting
yaitu :Inquiri (Inquiri), Pertanyaan (Questioning), Kontrukti fistik (Kontruktifism), Permodelan (Modeling), Masyarakat Belajar
(Learning Community), Penilaian Otentik (Authentic Assestment), dan Refleksi (Reflektion).
Para ahli berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat cocok untuk
diterapkan di era pendidikan sekarang yang lebih menekankan pada kerja sama, kontektual,
bermakna, dan menyenangkan. Blancard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran
kontekstual dengan :
1. Menekankan
pemecahan masalah secara berkelompok.
2. Menyadari
kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks
seperti rumah, masyarakat, dan sosial.
3.
Mengajari siswa memonitor dan mengarahkan
pembelajaran mereka
sendiri sehingga menjadi siswa yang kompak dan mandiri.
4.
Mengaitkan pembelajaran pada konteks
kehidupan siswa yang berbeda-beda.
5.
Mendorong siswa untuk belajar dari sesama
teman dan belajar bersama dan menerapkan penilaian autentik.
Penulis menyetujui bahwa pendekatan CTL
sangat cocok untuk digunakan dan sesuai dengan KTSP, penulis mendesain satu
teknik pembelajaran yang lebih sedrhana tanpa mengurangi esensi dari CTL itu
sendiri. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Model pembelajaran Group Investigation.
Cooperative Learning
Approach (pembelajaran kooperative model) merupakan pendekatan pembelajaran dimana proses
pembelajaran seoptimal mungkin untuk siswa bisa bekerja sama mengidentifikasi isi materi pembelajaran dengan konteks yang ada di dunia
nyata sehingga siswa dapat menerapkan ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan
dari proses pembelajaran untuk bisa survival
dalam hidup yang sebenarnya kelak. Dan bekal yang sudah mereka miliki
merupakan modalitas untuk ketrampilan hidup (life skill). Menurut Zahorik pengertiannya adalah sebagai berikut:
“Knowledge
is constructed by humans. Knowledge is not a set of facts, concept, or laws waiting to be discovered. It is not something
that exists independent of a knower. Humans create or construct
knowledge as they attempt to bringmeaning to their experience. Everything that
we know, we have made”Zahorik : Contextual Teaching-Learning (2003:3)
Pembelajaran
kontekstual adalah sebuah system yang tidak berdiri sendiri. Pembelajaran
kontekstual mengandung bagian-bagian yang salin terkait dan berhubungan. Dari
bagian-bagian yang ada memiliki hal yang unik dan meberi dampak yang
tersendiri. Untuk itu agar proses pembelajaran dapat lebih memberi makna
bagian-bagian yang terpisah itu dapat saling terkait dan dapat member
kontribusi masing-masing sehingga dapat membantu siswa dalam memahami makna
dari pembelajaran termasuk materi-materi yang bersifat akademik.
Ada
8 komponen yang terkait dengan pembelajaran kontekstual antara lain sebagai
berikut:
1. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna
2. Melakukan pekerjaan yang berarti
3. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
4. Bekerjasama
5. Berfikir kritis dan kreatif
6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
7. Mencapai standar tinggi
8.
Menggunakan
penilaian autentik
Menurut
Johnson dalam (Elaine B. Johnson, 2010:19) bahwa hakekat pembelajaran kontekstual adalah makna, bermakna, dan
dibermaknakan seperti yang tertera dalam kutipan sebagai berikut:
... an educational process that
aims to help students see meaning in the academic material they are studying by
connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is,
with contect of their personal, social, and cultural circumtance. To achieve
this aim, the system encompasses the following eight component: making
meaningful connections, doing significant work, selt-regulated learning,
collaborating, critical an creative thinking, nurturing the individual,
reaching high standard, using authentic assessment.(Johnson,2002:25)
2.2
Group Investigation
Group Investigation
merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada kerja sama dalam perencanaan baik topic yang
dipelajari dan bagaimana menyusun jalannya penyelidikan nantinya.
Bentuk group investigation membutuhkan beberapa langkah
dalam pengimplementasiannya. Seperti, pembagian kelmpok, pemilihan topic untuk
diselidiki sesuai dengna minat, menyiapkan bahan, dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. Dengan cara ini, mereka akan
berkolaborasi dan saling berbagi ilmu mereka sehingga tercapai tujuan student center learning.
Group Investigation bisa disebut sebagai sebuah cara yang efektif untuk melatih teknik identifikasi
siswa. Adapun beberapun beberapa kelebihan apabila kita menggunakan
model pembelajaran group investigation antara
lain : a). Cara ini cepat. b). Teknik ini dapat digunakan untuk mengorganisasi
ide ide yang muncul dikepala para siswa. c).
Proses bertukar pendapat bisa
memunculkan ide-ide yang lain. d). Fleksibilats yang
siswa dapatkan di tengah-tengah pembelajran.
Langkah-langkah
pelaksanaan model investigasi kelompok terlebih dahulu 1. Memilih topic. Siswa memilih topic khusus di
dalam suatu daerah atau masalah umum. Yang biasanya di tetapkan oleh guru. Selnjutnya
siswa diorganisikan menjadi dua- sampai enam anggota kelompok menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya
heterogen secara akademis maupun etnis.
2. Perencanaan Kooperatif
Siswa dan guru merencanakan procedur pembelajaran,
tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopic yang telah dipilih pada
tahap pertama.
3. Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah dikembangkan di
dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas
dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa keoada jenis-jenis
sumber belajaryang berbeda baik baik didalam atau diluar sekolah. Guru secaara
ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila di perlukan.
4. analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang
diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut
diringkas dan disajikan dengan cara menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan
kepada seluruh siswa.
5. Presentasi hasil final
Beberapa atau semua kelonpok menyajikan hasil
penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan
agar siswa yang lain saling terlibat ssatu sama lain dalam pekerjaan ,ereka dan
memeperoleh perspekstif luas pada topic itu. Presentasikan dikoordinasi oleh
guru.
6. Evalusi
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang
berbeda dari topic yang sama, siswa danguru mengevaluasi tiap kontribusi
kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu leseluruhan \. Evalusi yang
dilakukan dapat berupa penillian individual atau sekelompok.
2.3
Hasil Belajar Bahasa Inggris
Bahasa memiliki peranan sentral
dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan kunci
penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Mengingat fungsi bahasa yang
bukan hanya sebagai suatu bidang kajian, sebuah kurikulum bahasa untuk sekolah
menengah sewajarnya mempersiapkan siswa untuk mencapai kompetensi yang membuat
siswa mampu merefleksi pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain,
mengungkapkan gagasan dan perasaan, dan memahami beragam nuansa makna. Bahasa
diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut, membuat keputusan yang bertanggung jawab pada
tingkat pribadi dan sosial, menemukan serta menggunakan kemampuan-kemampuan
analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Untuk mencapai kompetensi
berbahasa tersebut di atas, kurikulum ini berangkat dari seperangkat rasional
teoritis dan praktis yang mendasari semua keputusan perumusan standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dalam kurikulum ini.Terdapat
beberapa landasan teoritis yang berimplikasi praktis dan mendukung penyusunan
kurikulum ini. Teori tersebut diadopsi sebagai kerangka berpikir sistematis
dalam mengambil keputusan dalam berbagai perumusan. Landasan kerangka berpikir
tersebut meliputi model kompetensi bahasa, model bahasa, tingkat literasi yang
diharapkan dicapai oleh lulusan, dan perbedaan hakikat bahasa lisan dan tulis.
2.4 Narrative Text
Narrative
text adalah jenis genre yang rangkaian peristiwa atau ceritanya dari waktu ke
waktu dan dijabarkan dengan urutan awal, tengah dan akhir. Jadi harus
kronologis, maksudnya kronologis itu diceritakan secara runtut dan tidak boleh
loncat-loncat. Tujuan dasar
dari text narasi adalah untuk menghibur dan menarik minat pembaca dengan
menyajikan cerita atau peristiwa yang memiliki masalah yang menimbulkan konflik
dan pada akhir cerita ada resolusinya atau akhir yang bahagia atau bahkan
menyedihkan. Sebenarnya teks narrative tidak hanya terbatas pada cerita yang
berbau mistis, fiksi, legenda, dongeng ataupun fabel saja, tapi cerita lain
yang berbentuk petualangan, misteri dan semua bentuk cerita. Intinya, narrative
text adalah tentang cerita. Tapi dalam pelajaran di sekolah, teks yang bergenre
naratif biasanya hanya digunakan untuk menunjukkan cerita fiksi seperti dongeng
ataupun legenda saja.
Adapun Struktur
Umum dari narrative text yaitu:
- Orientasi : set adegan dan memperkenalkan para
peserta.
- Komplikasi : krisis, konflik, atau masalah
muncul.
- Resolusi : krisis atau masalah tersebut teratasi,
untuk lebih baik atau lebih buruk.
- Re-Orientasi : Opsional (tidak harus).
Narrative text memiliki ciri-ciri seperti di bawah ini:
- Fokus pada satu tokoh atau pelaku dan biasanya
individual sehingga biasanya menggunakan kata ganti seperti “I, we, she,
he”.
- Paling sering menggunakan past tense baik itu
simple past tense, past continuous, maupun bentuk past tense lainnya.
- Terkadang menggunakan dialog untuk mengajak
pembaca berimajinasi sehingga ceritanya terlihat lebih jelas dan nyata.
- Karena berurutan (kronologis), maka biasanya juga
menggunakan kata sambung (conjunction) agar cerita terlihat runtut atau
urut.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
3.1 Sekolah
3.1.1 Sejarah Singkat SMAN 9 Palu
Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Palu merupakan salah
satu lembaga pendidikan di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Pengajaran
(Dikjar) Provinsi Sulawesi Tengah. Sekolah ini berdiri pada tahun 2006 di Hi.
Patila Ova, Kelurahan Pantoloan.
Adapun
visi dari SMAN 9 Palu yaitu Mewujudkan sekolah berimtaq,berbudaya, dan berkarakter.
Dan juga Misi Sekolah yaitu
1.
Meningkatkan
penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianut.
2.
Meningkatkan mutu pendidikan
dengan lingkungan sekolah yang kondusif .
3.
Melaksanakan
pembelajaran dan bimbingan yang
efektif dan inovatif untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal.
4.
Menumbuhkan etos kerja tinggi dan semangat untuk
terus memajukan sekolah bagi warga sekolah untuk mencapai Karakter sekolah.
5.
Menyediakan fasilitas yang memadai untuk menunjang kegiatan ekstra kurikuler.
6.
Menggalakan manajemen partisipatif dan bertanggung
jawab dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah untuk
mensukseskan pelaksanaan program kerja sekolah .
Berdasarkan visi dan misi sekolah tersebut di atas maka tujuan yang ingin
dicapai adalah sebagai berikut :
1.
Siswa memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Tuhan yang Maha
Esa serta berkhlak mulia.
2.
Siswa memiliki kematangan emosional, keterampilan, kecerdasan, dan
berprestasi dalam olah raga dan seni.
3.
Siswa memiliki keterampilan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri secara optimal.
4.
Siswa memiliki semangat berkompetisi, beradaptasi dan mencintai budaya
setempat sebagai bagian budaya nasional dalam pembentukan moral dan etika.
5.
Siswa memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3.1.2
Kondisi Geografis
Kondisi geografis SMAN 9 Palu terletak sangat strategis. Hal ini terbukti dengan suasana belajar yang
kondusif tanpa polusi suara. Sekolah SMAN 9 Palu ini merupakan sekolah menengah
atas yang berstatus negeri terakhir didirikan di kota Palu.
Kondisi geografis
yang sangat strategis ini sangat menguntungkan bagai masyarakat kota palu. Mereka
dapat menyekolahkan anak- anak dengan harapan dapat menyesuaikan diri menjadi
lebih baik, selain itu, SMAN 9 Palu ini dekat dengan tempat fotokopi dan SMPN
17 Palu.
3.1.3 Kondisi Fisik Sekolah
Pada tahap observasi
yang dilakukan selama seminggu, kondisi sekolah secara keseluruhan tergolong
baik. Keterlibatan siswa dalam menjaga kebersihan dan keindahan sekolah sangat
kental dengan adanya peraturan yang mengharuskan seluruh siswa untuk memungut
sampah yang berada di halaman luar sekolah sebelum masuk ke area utama sedangkan
di area utama yang diawasi oleh guru piket. Siswa yang mendapat giliran piket
kebersihan diharuskan membersihkan areal di sekitar kelas masing-masing sebelum
diadakan apel pagi.
Bangunan sekolah SMAN
9 Palu sudah cukup memadai yang berdiri diatas tanah
dengan luas 2, 5 Ha. Dengan ruangan yang cukup
lengkap untuk Kepala Sekolah, staff guru, ruang tata usaha dan memiliki 16 ruangan kelas, yang mana
terdiri atas: kelas X terbagi dalam 6 kelas, dan kelas XI terbagi dalam 5 kelas dan kelas XII terdiri dari 5 kelas. Selain itu terdapat juga ruangan untuk
fasilitas-fasilitas lainnya, yakni ruangan multimedia, ruangan keterampilan,
perpustakaan, laboratorium IPA dan mushalla.
Kondisi bangunan sekolah ini layak karena kondisi gedung sudah lengkap dengan fasilitas yang cukup memadai untuk kegiatan
belajar mengajar. Di SMAN 9 Palu juga
terdapat sebuah perpustakaan. Kondisi perpustakaan
secara keseluruhan teratur dan rapi serta dapat meningkatkan minat baca para
siswa. Skolah juga menyiapkan buku buku untuk setiap mata pelajaran seperti
Bahasa Inggris, Matematika, Bahasa
Indonesia, Fisika dan sebagainya. Di sekolah ini juga terdapat 2 Laboratorium
IPA yang memiliki perlengkapan cukup memadai. Selain perpustakaan dan laboratorium, ada juga sebuah
mushalla.
Sarana dan prasarana
olahraga sangat mendukung, dengan adanya lapangan bola, lapangan volly,
lapangan bulu tangkis serta lapangan takraw sehingga sangat membantu
meningkatkan minat dan bakat siswa dalam bidang olahraga hanya saja fasilitas
pendukung seperti matras dan alat-alat olahraga masih tergolong kurang lengkap.
Kegiatan ekstrakurikuler siswa seperti Pramuka dan olahraga berjalan dengan teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan. Sekolah mempunyai 3 kantin dan
1 Koprasi, yang dimana pelayanannya sangat memadai untuk para siswa.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Berdasarkan
permasalahan yang telah dikemukakan, maka metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu metode yang
diarahkan untuk
memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya hasil
penelitian (Winarno Surachman, 1992: 139).
Penelitian
ini menjelaskan tentang pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar bahasa inggris ditinjau dari
keaktifan siswa.
4.1 Strategi Penelitian
Adapunstrategi dan pendekatan yang
digunakan adalah :
4.1.1 Observasi
Observasi dilakukan selama
tujuh hari untuk meninjau secara langsung kondisi geografis maupun karakteristik
masyarakat yang ada. Hal yang dilakukan adalah mengadakan silaturahmi baik pada
pendekatan persuasif personal, sasaranya adalah siswa kelas XII IPA 1 SMAN 9 Palu
4.1.2 Wawancara dan test
Teknik pengumpulan data
melalui tanya jawab kepada siswa dan memberikan test.
4.2
Instrumen Penelitian
4.2.1
Instrumen penelitian
Adapun instrumen yang disiapkan untuk melaksanakan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Instrumen untuk memperoleh hasil
belajar Bahasa Inggris yaitu berupa soal-soal atau tes bahasa Inggris sesuai
dengan tingkat kelas yang diteliti.
4.2.2
Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan tes pada kelas yang
pembelajarannya dengan pembelajaran kooperatif dan kelas yang pembelajarannya dengan cara
konvensional. Setelah itu hasilnya dikumpulkan sebagai data hasil belajar. Data
keaktifan siswa didapat diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh siswa pada
kelas sampel yang pembelajarannya dengan pembelajaran kooperatif. Sedangkan keberlangsungan kelas
dengan pembelajaran pembelajaran kooperatif. Diberikan pada guru pengajar kelas sampel pada kelas
eksperimen. Data-data diperoleh dari angket yang diisi oleh kelompok sampel.
Data-data dikumpulkan, diberi skor, di jumlah dan kemudian dianalisis.
4.3
Populasi dan Sampel
4.3.1
Populasi
Populasi yang terkait dengan penelitian tersebut
adalah semua Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Palu dalam pembelajaran bahasa
Inggris.
4.3.2 Sampel
Sample dari penelitian adalah
siswa kelas XII IPA 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Palu.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Lokasi dan objek penelitian
5.1.1.
Lokasi penelitian
Penelitian ini berlokasi di wilayah Praktek Pengalaman
Lapangan Terpadu angkatan 72 Semester
Ganjil 2015/2016 Universitas
Tadulako di SMAN 9 Palu, Kelurahan Pantoloan, Kecamatan Tawaili
5.1.2 Objek Penelitian
Adapun objek dari penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 1
Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Palu.
5.2 Hasil
Group Investigation merupakan salah satu metode
pembelajaran yang dapat di padankan dengan penggunaan pendekatan pembelajaran
kooperatif/ Cooperative Learning Approach
(Pembelajaran
kooperatif Approach) yang selanjutnya disebut pembelajaran kooperatif saja adalah merupakan variable
bebas (X2), variabel stimulus, prediktor, antecedent (independent variable) atau variabel yang mempengaruhi sehingga
variabel ini yang menyebabkan adanya perubahan. Pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar bahasa Inggris siswa karena dalam pembelajaran memiliki
prinsip-prinsip yang meliputi metode contructivism,
inquiry, questioning, modeling, learning community, authentic assessment
dan reflecting.
Learning
Community (kooperatif) dalam pendekatan pembelajaran kooperatif dapat membangun pengetahuan manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks materi yang
diberikan (sempit) dan tidak main - main. Pengetahuan bukan seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan demikian peningkatan
terhadap hasil belajar dapat ditingkatkan. Karena metode learning community dalam pembelajaran kooperatif yang menemukan merupakan
bagian inti dari kegiatan pembelajaran maka pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil dari menemukan sendiri dalam bentuk investigasi secara berkelompok.
Dengan demikian metode learning
communnity dengan pendekatan kontekstual tersebut dapat meningkatkan hasil belajar
bahasa Inggris.
Pembelajaran konvensional adalah merupakan variabel
kontrol yang akan dibandingkan dengan pembelajaran kontekstual sebagai variabel bebas.
Dalam hal ini pembelajaran konvensional hanya mengunakan metode ceramah, tanya
jawab dan penugasan. Dalam interaksi pembelajarannya sangat terpusat pada guru
(teacher’s centered oriented),
sehingga belum bisa mengoptimalkan pembelajaran, belum bisa mengkatifkan siswa
dan belum dapat pula mengotimalkan hasil pembelajaran khususnya hasil belajar bahasa
Inggris.
Keaktifan siswa sebagai variabel bebas (X2) yang akan
mempengaruhi terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar
dipengaruhi oleh tingkat keaktifan siswa, semakin aktif semakin tinggi hasil
belajar. Dengan kata lain jika, suatu kelas dimanipulasi dengan penggunaan pembelajaran kooperatif dalam pembelajarannya maka hasil
belajar maupun proses belajar akan tinggi, dengan catatan tingkat keaktifan
siswa juga tinggi. Keaktifan yang diciptakan tidak hanya keaktifan fisik,
keaktifan otak dan keaktifan indera perespon lainnya jika ada stimulus. Dalam
hal ini misalnya: dengan gerakan badan, kepindahan badan seseorang, berfungsi
indera seseorang untuk merespon stimulus yang ada sehingga dapat mengaktifkan
fungsi otak yang dimiliki individu tersebut dengan keaktifan yang dioptimalkan
akan meningkatkan hasil belajar khususnya hasil belajar bahasa Inggris.
Pembelajaran kooperatif yang didukung oleh tujuh
prinsip pembelajaran kontekstual akan dapat meningkatkan keaktifan siswa,
dengan keaktifan yang diciptakan itu, akan mengoptimalkan proses
pembelajaran, dengan pembelajaran yang optimal akan meningkatkan hasil belajar
khususnya bahasa Inggris. Group Investigation merupakan cara untuk menggali informasi
dari sumber kemudian merumuskannya secara berkelompok. Bentuk group investigation berisi beberapa tahan yang emungkinkan siswa
untuk menggali setiap potensinya pada setiap step.
Group Investigation membutuhkan kerja sama kekompakkan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran
sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak
awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik mencatat biasa.
Salah satu model pembelajaran yang
mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar adalah model pembelajaran
GI.
GI dikembangkan oleh Herbert Thelen sebagai upaya untuk mengkombinasikan strategi mengajar yang berorientasi pada pengembangan proses pengkajian akademis. Kemudian Joyce dan Weil (1980:230) menambahkan bahwa model pembelajaran GI yang dikembangkan oleh Thelen yang bertolak dari pandangan John Dewey dan Michaelis yang memberikan pernyataan bahwa pendidikan dalam masyarakat demokrasi seyogyanya mengajarkan demokrasi langsung. Dimana belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan penekanan bahwa pengetahuan kita adalah hasil pembentukan kita.
GI dikembangkan oleh Herbert Thelen sebagai upaya untuk mengkombinasikan strategi mengajar yang berorientasi pada pengembangan proses pengkajian akademis. Kemudian Joyce dan Weil (1980:230) menambahkan bahwa model pembelajaran GI yang dikembangkan oleh Thelen yang bertolak dari pandangan John Dewey dan Michaelis yang memberikan pernyataan bahwa pendidikan dalam masyarakat demokrasi seyogyanya mengajarkan demokrasi langsung. Dimana belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan penekanan bahwa pengetahuan kita adalah hasil pembentukan kita.
Group Investigation merupakan tehnik pengumpulan informasi
berdasarkan hasil investigasi yang mendalam tentang suatu obejek. Kemudian
disusun dalam bentuk catatan kemudian diramu hingga membuatu sebuah teks
recount.
Caranya, Merencana
1. Memilih Topik
2. Perencanaan
Kooperatif
3. Implementasi
4. Analisis dan sintesis
5. Presentasi hasil
final
6. Evaluasi
Ada
beberapa kelebihan saat menggunakan teknik Group Investigation ini, yaitu:
Setiawan mendeskripsikan
beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:
1) Secara
Pribadi
a). Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
b) memberi
semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
c) rasa percaya
diri dapat lebih meningkat
d) dapat
belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah
e) mengembangkan
antusiasme dan rasa pada fisika
2) Secara
Sosial
a) Meningkatkan belajar bekerja sama
b) Belajar
berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
c) Belajar
berkomunikasi yang baik secara sistematis
d) Belajar
menghargai pendapat orang lain
e) Meningkatkan
partisipasi dalam membuat suatu keputusan
3) Secara
Akademis
a) Siswa
terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan
b) Bekerja secara sistematis
c) Mengembangkan
dan melatih keterampilan fisika dalam berbagai bidang
d) Merencanakan dan mengorganisasikan
pekerjaannya
e) Mengecek
kebenaran jawaban yang mereka buat
f) Selalu berfikir tentang cara atau
strategi yang digunakan sehingga didapat suatu
kesimpulan yang berlaku umum.
Model
Pembelajaran Group Investigation selain memiliki kelebihan juga terdapat
beberapa kekurangannya, yaitu:
a) Sedikitnya materi yang
tersampaikan pada satu kali pertemuan
b) Sulitnya memberikan
penilaian secara personal
c) Tidak semua topik
cocok dengan model pembelajaran GI, model pembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk
memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri
d) Diskusi kelompok
biasanya berjalan kurang efektif
e) Siswa yang tidak
tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan
model ini.
Berdasarkan
pemaparan mengenai model pembelajaran GI tersebut, jelas bahwa model
pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna.
Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka
mencari sendiri secara penyelesaiannya. Dengan demikian mereka akan lebih
terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga
pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang
cukup lama.
Hasil Belajar Bahasa Inggris adalah variable terikat (Y), variabel output,
kriteria, konsekuen (dependent variable)
atau variabel yang dipengaruhi. Variable ini mencakup hasil pembelajaran bahasa
Inggris yang sudah mencakup hasil pembelajaran membaca (reading),menulis (writing),
berbicara (speaking) dan mendengar (listening)
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian pada bab IV, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut.
1.
Penerapan strategi group investigation
dapat membantu siswa
dalam mengorganisasikan informasi yang dimilki secara sistematis dengan kaitan
yang logis sebelum mereka mulai berbicara dalam bentuk teks recount.
2.
Tindakan penelitian dengan strategi group investigation untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis teks recount dapat
dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai menulis
mulai dari 47,8 pada
pra siklus 60 pada
siklus I dan 80 pada
akhir siklus II.
3.
Pemilihan topik yang akrab dalam pembelajaran teks recount dengan strategi group investigation dapat menimbulkan respon positif dan sangat
membantu siswa dalam mengembangkan pengajaran/penjelasan mereka.
6.2 Implikasi / Rekomendasi
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Dalam rangka memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi siswa pada
akhirnya dapat meningkatkan efektifitas dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu
pemerintah dalam hal ini LPMP hendaknya mengadakan kegitan forum ilmiah ini
secara berkelanjutan sebagai upaya memotivasi tenaga pendidik untuk melakukan
penelitian dalam memecahkan masalah pembelajaran khususnya dan meningkatkan
mutu pendidikan nasional pada umumnya.
2.
Untuk memperoleh hasil yang lebih luas dari penerapan strategi group investigasi ini, penelitian-penelitian lanjutan lainnya
dapat dilakukan tidak hanya pada mata pelajaran bahasa Inggris khususnya
pembelajaran teks narrative tetapi juga mata pelajaran lainnya.
6.3 Saran
1.
Bagi Guru
Dalam menerapkan strategi group investigation ini, guru hendaknya memperhatikan
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi keefektifannya seperti topik
pembahasan, kemampuan dan latar belakang siswa.
2.
Bagi Siswa
Kepada siswa disarankan untuk dapat
menggunakan strategi group investigation ini untuk melatih atau membiasakan diri
berfikir dan bertindak secara terencana, logis dan bekerja sama. Mereka diharapkan dapat menerapkannya tidak
hanya pada pembelajaran teks narrative dalam bahasa Inggris tetapi juga pada mata pelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta. Penerbit: PustakaPelajar
Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Dirjen PMPPTK.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Ary, Donald, dkk. 2009. Introduction to Resarch in Education.
Surabaya. Usaha Nasional (Karyaterjemahan Arif Furchan).
David W. Johnson, dkk. 2010. Collaborative Learning Strategi Pembelajaran
untuk Sukses Bersama. Bandung. Penerbit: Nusa Media.
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual
(Cotextual Teaching and Learning (PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL)
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:
Lampiran Permendiknas no 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:
Lampiran Permendiknas no 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Jakarta.
Elaine B. Johson,2010. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Contextual Teaching and Learning. Bandung.
Penerbit: Kaifa.
Kemmis, S. dan Taggart, R. 1988. The Action Research
Planner. Deakin: Deakin University.
Masidjo,1995, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di
Sekolah. Yogyakarta. Penerbit: Kanisius.
Melvin L. Silbermen. 2010. Active Learning. Bandung. Penerbit: Nusa
media dan Penerbit: Nuansa.
MicoPardosi. 2004. BelajarSendiri
Internet. Surabaya. Penerbit: Indah.
Mulyana, Slamet. 2007. Penelitian Tindakan Kelas dalam
Pengembangan Propesi Guru. Bandung:LPMP
Nasution,S. 2008. Metode Reearch.
Jakarta. PT BumiAksara
Robert L. Slavin.2010. Cooperative Learning Teori,
RisetdanPraktik. Bandung. Penerbit: Nusa Media
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung. Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. 2007.Statistik untuk Penelitian.
Bandung. Penerbit Alfabeta.
Suhardjono, et.al. 2005. Pedoman Penyusunan Karya Tulis
Ilmiah Di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi
Guru.Jakarta:Dirjen Dikgu dan Tentis.
Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Depdiknas Dirjen Pendasmen Dirtendik: 2003.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.